Tag Archives: anshori djabbar

Demi Masa…

Pernahkah kita menghitung hidup kita yang terbatas dan tak mungkin diganti walau hanya satu detikpun hilang…. Hilang karena kemubaziran yang kita sengaja, disadari atau tanpa disadari.

Pernahkah kita melakukan sesuatu yang dengannya kita berharap mendapatkan yang kita harap, namun ternyata membuahkan yang tidak kita harap.

Pernahkah kita melihat atau mengalami sesuatu yang kita anggap akan membuat kita bebas, puas, senang, bahagia, namun ternyata kenyataannya memenjara, kecewa, sedih, dan merana.

Pernahkah kita berada ditempat terang namun hati tetap terselubung kelak, akankah kita mau terombang ambing dalam gelombang dahsyat kehidupan dan kemudian tenggelam kedalam kegelapan yang pekat hitam berputar dalam pusaran derita tak berujung.

Ingatkah kita dengan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Ashr (103) ayat 1-3

”1. Demi masa, 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Yang manakah yang akan kita jalani?…

Menjadi Manusia pilihan

Semoga kita adalah salah seorang hamba diantara jutaan hamba yang berupaya menjadi hamba yang beriman kepada Allah SWT, yang bertasbih dengan memuji-Nya, yang mengakui keagungan dan kemuliaan-Nya. Hidup dari limpahan nikmat karunia kasih sayang-Nya. Kita adalah salah seorang yang berupaya mengenal Yang Maha melalui guru-guru yang mengajarkan kitab, petunjuk, pedoman hidup, yang diturunkan kepada hamba dan pesuruhnya nabi kita Nabi Muhammad SAW Al Qur’anul karim.

Kitapun adalah seorang yang berupaya hidup sesuai tuntunan suri tauladan Nabi Muhammad, kekasih Allah SWT, SAW. Hingga pikiran dan hati merasa tentram, rela, ridho, menghamba hanya kepada Allah SWT.

Melalui perenungan, ternyata kita manusia adalah manusia yang kaya akan kontradiktif. Lemah namun haus kekuasaan, fakir namun tak terhingga hayalan tentang kekayaan, umur yang singkat namun cita-cita tak terbatas, fisik yang kecil namun kebutuhan yang tak ada habis-habisnya, terbatas namun tak pernah puas.

Manusia diciptakan sebagai makhluk terhormat dimuka bumi. Manusia sebagai hamba dan khalifah. Manusia sebaik-baiknya ciptaan. Namun jika manusia melepaskan jati dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi, sesungguhnya dia akan menjadi serendah-rendahnya makhluk, sehina-hinanya, bahkan lebih rendah dan lebih hina dari binatang

Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an surat At Tiin (95) ayat 4-6:

”sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan
ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali manusia yang beriman dan mengerjakan amal sholeh,
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”

Yang manakah yang kita mau?…..

Hidup dan matilah dalam Islam..!!

Manusia memiliki kepekaan perasaan, kemampuan berfikir, namun masalah-masalah yang dihadapi, keinginan-keinginan yang tak terpenuhi didalam diri menjadikan kemelut membuatnya menjadi seakan-akan kehidupan didepan mata lebih sempit dari lubang jarum. Walau kenyataan jika dilihat dan terlihat berbagai kenikmatan dunia tersedia untuknya. Kita terkungkung oleh kenikmatan dan kesengsaraan. Ketika rezeki berlimpah berkuasa, merasa sangat kuat hingga semena-mena, memandang hina rendah kepada mereka yang dibawah, menjadikan hayalan sebagai cita-cita.

Ketika berbagai kesulitan menerpa, merasa sangat rendah dan hina timbul rasa iri dengki benci kepada mereka yang diatas dan kelihatannya sedang berada. Nikmat, sengsara, senang, susah, hina, mulia, miskin, kaya adalah ujian dan cobaan hingga ajal menjemput kita. Memang hidup dimuka bumi ini warna warni, tak mudah menemukan makna dan kemuliaan hidup yang sebenarnya. Tak sedikit yang menyia-nyiakan hidup, hidup sekedar hidup matipun tak berarti. Hidup laksana mengejar layang-layang putus, lelah dan akhirnya meninggal tak bermakna. Betapa ruginya jika menjadi manusia yang jasadnya hidup, namun kesadarannya mati. Jasadnya hidup namun rasa, pikir dan nuraninya mati suri. Mati sebelum mati.

Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali Imran (3) ayat 102:

”Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa,
dan janganlah kamu mati kecuali kamu Islam”

Artinya, hiduplah dalam Islam baru mungkin mencapai mati dalam Islam…

Sebuah doa untukMu…

Hari ini terdengar ditelinga lamat-lamat, dan semakin kuat sebuah puisi yang begitu menyentak hati. Inilah puisinya:

Tuhan,
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat semanyu suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran lewat gempa bumi yang mengguncang kencang, hujan dan banjir yang melintang pukang
Adakah kau dengar..

Sementara itu gumaman doapun terdengar Ya Allah negeri kami sedang dirundung duka, bangsa kami sedang terus menerus ditimpa bencana, tanah air kami sedang bergelimang malapetaka.

Pada sisi yang lain kita lihat  kebencian merajalela, dendam, prasangka, kekejaman, kekerasan, dan  pengumbaran nafsu begitu jelas dan nyata di negeri tercinta.

Bukankah yang bisa dibangun dengan kebencian hanyalah kehancuran bukan kesejahteraan? Bukankah yang bisa dibangun dengan dendam hanya kerusuhan bukannya kebenaran? Bukankah yang bisa dibangun dengan prasangka hanyalah kekacauan bukan keadilan? Bukankah yang bisa dibangun dengan kekejaman hanyalah kekisruhan bukan kedamaian? Dan bukankah yang bisa dibangun dengan kekerasan hanyalah kemusnahan bukan kesatuan? Dan bukankah yang bisa dibangun dengan nafsu hanyalah kehinaan bukan kehormatan? Apalagi kebahagiaan…

Pertolongan

Setiap manusia hidup pasti pernah merasakan dan menghadapi hambatan, rintangan, dan cobaan. Begitu banyak kelokan, lubang, rintangan, paku dan duri dijalanan yang kita lalui. Ketika hambatan dan rintangan, cobaan dan tantangan lebih besar dari kemampuan saatnya pertolongan diperlukan. Maha Suci Allah, Maha Besar Allah, Maha Kuasa Allah saat ini kita dipertontonkannya pada bencana dan bencana. Bencana Tsunami, gempa bumi, banjir air, banjir lumpur, gunung meletus, tanah longsor, angin puting beliung, kecelakaan transportasi darat laut dan udara, kebakaran hutan, pasar, pertokoan, dan rumah-rumah. Berbagai macam penyakit, virus flu burung, demam berdarah, virus-virus penyakit lainnya susul menyusul.

Kita berada pada era bencana, bencana kelaparan, bencana permusuhan, perpecahan, bahkan pembunuhan. Entah sudah berapa banyak korban jiwa, entah seberapa besar kehidupan yang terhempas, entah berapa yang hilang dan kehilangan. Menghadapi kenyataaan ini apa yang harus kita perbuat? Maukah dan sudahkah kita introspeksi menghisab diri? Apakah semua ini karena kelalaian dan kebodohan kita? Atau karena kezaliman dan kemungkaran kita? Atau apakah semua ini ujian dan cobaan yang akan meningkatkan derajat kita? Sudahkan saatnyakah pertolongan kita perlukan?

Dan jika kita sepakat, ya kita perlu pertolongan, pertolongan siapa? Kepada siapa? Dan siapa yang mampu menolong kita? Jika kita sepakat bahwa hanya Yang Maha Kuasa, Yang Maha Penolong yang mampu menolong. Maka pertanyaannya adalah, maukah kita hanya beribadah menghambakan diri semata-mata kepada-Nya?

”Sesungguhnya hanya kepada-Mu lah ya Allah kami menyembah,
dan hanya kepada-Mu lah ya Allah kami mohon pertolongan”

Muslim sejati

Jika kita memburu kesenangan sesaat lalu menderita seabad, pintarkah kita? Jika kita sudah mengetahui sesuatu yang sementara dan sesuatu yang abadi, kemudian kita lebih mengutamakan yang sementara, cerdaskah kita? Jika untuk menyenangkan sekelompok kecil atau bahkan memuaskan ambisi pribadi, ada yang mampu mengorbankan masyarakat luas bahkan masa depan ummat, arifkan kita? Jika kita masuk kedalam kelompok demikian, sudahkah kita benar-benar Islam?

Karena bukankah suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam. Sudahkah kita benar-benar Islam? Karena bukankah suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW bersabda:

”Orang Islam itu adalah yang orang lain akan selamat dari lisannya dan tangannya”

Dalam kisah yang lain, ketika seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tercinta,
Wahai Rasulullah Islam seperti apa yang baik?

Rasulullah SAW bersabda:
”memberi makan kepada mereka yang membutuhkan, mengucapkan salam kepada orang yang
dikenal dan tidak dikenal.”

Bukankah pada kesempatan lain Rasulullah SAW pun pernah bersabda:

”sebaik-baik kamu adalah yang paling banyak manfaatnya”

Sudah Islamkah kita…..

Cinta…

Jika kita bertanya kepada 100 orang, adakah mereka kenal dengan ayah dan ibunya? Insya Allah hampir semua menjawab kenal. Jika pertanyaan dilanjutkan adakah mereka kenal dengan kakek dan neneknya? Ternyata ada diantaranya yang tak pernah berjumpa dengan kakek atau neneknya. Dan jika kita bertanya adakah yang pernah kenal dan berjumpa dengan ayah dan ibu dari kakek dan nenek? Ternyata hampir semua menjawab tidak pernah. Kemana mereka? Dimana mereka? Mereka telah meninggalkan dunia fana.

Begitupun juga kita, kitapun pasti akan meninggal. Menginggalkan semua yang kita cinta atau ditinggal oleh yang kita cinta. Al Ghazali dengan bijak menyampaikan;

”Cintailah sesuatu, tetapi ingatlah engkau akan meninggalkannya”

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al Hadid (57) ayat 20:

”Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan diantara kamu, serta berbangga-bangga dan berlomba-lomba banyak harta dan anak….”

Akhir ayat dari surat ini ditutup :

”Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu”

Tak ada yang kekal kecuali Allah. Pertama tak ada satupun sebelumNya, Tak pernah berakhir, Takkan pernah mati selamanya.

Alangkah indahnya manakala kita mampu mencintai-Nya. Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 165:

“adapun orang-orang beriman sangat mencintai Allah…”

Adakah kita….